Sabtu, 10 November 2012

TEORI AKUNTANSI


About IFRS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
International Accounting Standards yang lebih dikenal sebagaiInternational Financial Reporting Standard (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan tekanan pada penilaian (revaluation)profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua negara untuk mempermudah proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan di sajikan dengan basis ‘true and fair’.
IFRS merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka akuntansi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian profesional yang kuat dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi tersebut. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia.

1.2              Rumusan Masalah
1.      Bagaimana praktik akuntansi negara-negara dunia?
2.      Bagaimana kompleksitas pengembangan praktik terkait regulasi dan kondisi suatu negara?
3.      Apakah tantangan dan solusi terhadap penerapan IFRS di Indonesia?



BAB II
PEMBAHASAN

2.1              Pengertian
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan olehInternational Accounting Standard  Board (IASB). Standar akuntansi ini disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC).
Natawidyana (2008) menyatakan bahwa sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standard (IAS) kemudian IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.
Secara keseluruhan IFRS mencakup:
a.       International Financial Reporting Standard (IFRS).Standar yang diterbitkan setelah tahun 2001.
b.      International Accounting Standard (IAS). Standar yang diterbitkan sebelum tahun 2001.
c.       Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) setelah tahun 2001.
d.      Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) sebelum tahun 2001.

2.2              Adopsi atau Harmonisasi?
Adopsi penuh dan harmonisasi terhadap IFRS memiliki arti yang berbeda. Adopsi penuh adalah mengadopsi secara penuh tanpa adanya perubahan-perubahan untuk diterapkan di suatu Negara. Berbeda dengan adopsi penuh, harmonisasi IFRS memiliki sifat lebih fleksibel dan terbuka. Harmonisasi standar pertama kali dikenalkan oleh European Commision (EC). Harmonisasi  berarti juga sebagai sekelompok Negara yang menyepakati suatu standar akuntansi yang mirip, namun mengharuskan adanya pelaksanaan yang tidak mengikuti standar harus di ungkapkan.
Sedangkan bagi Indonesia terhadap IFRS, IAI mendukung harmonisasi standar akuntansi melalui adopsi dan adaptasi IAS. Meskipun dengan adanya IFRS tidak semua Negara dapat menerima yang disebabkan dengan perbedaan-perbedaan ditiap Negara. Namun tetap perlu adanya yang menjembatani agar Standar Akuntansi Keuangan sejalan dengan IFRS yaitu dengan melakukan harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS. Adanya harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS maka diharapkan informasi akuntansi memiliki kualitas utama yaitu komparabilitas dan relevansi.

2.3              Tujuan IFRS
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:
1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan (comparable) sepanjang periode yang disajikan
2.  Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

2.4              Manfaat adopsi IFRS
Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan telah di anggap sebagai suatu hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. Menurut Marsini Purba dalm bukunya yang berjudul “ International Financial Reporting Standards”, manfaat utama yang diperoleh dari harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman lebih baik atas laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang berasal dari berbagai negara. Hal ini memudahkan perusahaan menjual sahamnya secara lintas negara atau lintas pasar modal. Selain itu memberikan efisiensi dalam penyusunan laporan keuangan yang menghabiskan banyak dana dan sumber dana setiap tahunnya dan juga dapat menambah kepercayaan investor asing terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan nasional.
Membuat perubahan ke IFRS, artinya mengadopsi bahasa pelaporan global, yang akan membuat perusahaan dimengerti oleh global market (pasar dunia). The Big-4 Accounting Firm mengatakan bahwa banyak dari perusahaan-perusahaan yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang signifikan dalam rangka memenuhi maksud mereka memasuki pasar modal dunia. Dengan Indonesia mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Adopsi penuh IFRS diharapkan memberi manfaat:
1.    Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan SAK yang dikenal secara internasional.
2.    Meningkatkan arus investasi global.
3.    Menurunkan biaya modal melalui pasar modal global dan menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
Menurut ketua tim implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Dudi M Kurniawan yang dimuat harian Kompas tanggal 6 Mei 2010 mengatakan bahwa dengan mengadopsi IFRS Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus.
1.    Meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
2.    Mengurangi biaya SAK.
3.    Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
4.    Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
5.    Meningkatkan transparansi keuangan.
6.    Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal.
7.    Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

2.5              Perbandingan Standar Akuntansi Keuangan: Indonesia, Amerika Serikat, dan Internasional.
Untuk  melihat  terjadinya  perbedaan  praktek akuntansi  di  berbagai  negara  di  dunia  ini,  berikut ini  disampaikan  contoh  Standar  Akuntansi Keuangan  (SAK)  yang  berlaku  di  Indonesia, Amerika  Serikat  (Financial  Accounting  Standard Board/FASB)  dan  Stadar  Akuntansi  Internasional (International  Accounting  Standard/IAS)  atau International Financial Report Standard (IFRS). 
1.      Standar Akuntansi Keuangan Indonesia
Indonesia  sebagai  salah  satu  negara  yang sedang berkembang tentu saja sangat jauh berbeda bila  dibandingkan  dengan  negara  maju  seperti Amerika Serikat maupun negara maju lainnya baik dalam  praktek  bisnis  maupun  standar  dan  praktek akuntansinya.  Praktek  bisnis  yang  telah berkembang  di  negara  maju  dan  telah  dibuat standar  akuntansinya  namun  praktek  bisnis tersebut belum berkembang di Indonesia tentu saja belum  memerlukan  standar  akuntansi.  Sementara praktek  bisnis  yang  berkembang  di  Indonesia namun  tidak  berkembang  di  negara  lainnya termasuk  di  negara-negara  maju,  maka  dibuat standar  akuntansinya  seperti  standar  akuntansi untuk perbankan syariah.

2.      Standar Akuntansi Keuangan Amerika Serikat
Amerika merupakan salah satu Negara maju di dunia  yang  mempunyai  pengaruh  politik, ekonomi,  sosial  budaya  termasuk  akuntansi terhadap  sesama  Negara  maju  maupun  Negara berkembang  sangat  kuat.  Dapat  diibaratkan  apa yang  terjadi  di  Amerika  sekarang  secara  perlahan atau  cepat  akan  ditiru  di  Negara  lain.  Khusus mengenai  praktek  bisnis  di  Amerika  berkembang begitu  pesat  yang  pada  akhirnya  memerlukan standard  praktek  akuntansi  yang  berkembang pula  sesuai  dengan  perkembangan  bisnis  yang terjadi.  Bila  dibandingkan  dengan  Standar Akuntansi  Keungan  Indonesia  maupun  Standar Akuntansi  Internasional  maka  standar  akuntansi keuangan  di  Amerika  jauh  lebih  banyak  akibat praktek bisnis yang memang lebih beragam.


3.      Standar Akuntansi Internasional (IAS / IFRS)
International  Accounting Standard/International  Financial  Reporting Standard  dikeluarkan  oleh  International Accounting  Standard  Board  atau  Badan  Standar Akuntansi  Internasional.  Mengingat  tujuan penyusunan standar akuntansi tersebut untuk dapat dipergunakan sebanyak  mungking  negara di dunia maka  dalam  penyusunan  standar  akuntansi  tertentu saja  Badan  Standar  Akuntansi  Internasionalmempertimbangkan kondisi sebagian besar negara sehingga  sesuai  dengan  kebutuhan  mereka.  Bila kita  bandingkan  dengan  standar  akuntansi Amerika  maka  dari  segi  jumlah  standar  yang dikeluarkan  Badan  Standar  Akuntansi Internasional  jauh  lebih  sedikit  karena  memang mereka  tidak  mengacu  pada  perkembangan  bisnis dan  kebutuhan  akuntansi  di  Amerika  saja melainkan  pada  sebagian  besar  negara  sehingga standar  akuntansi  yang  mereka  keluarkan  dapat diadopsi baik sebagian maupun sepenuhnya. Ketiga  standar  akuntansi  tersebut  baik  yang berlaku di Indonesia, Amerika Serikat, dan standar Internasional,  maka  secara  kuantitas  jelas  tampak perbedaan  yang  nyata.  Bila  melihat  dari  segi jumlah  standar  maka  standar  akuntansi  di Indonesia  bila  dibandingkan  dengan  Amerika Serikat  hanya  kurang  lebih  sepertiganya  saja sementara  bila  dibandingkan  dengan  standar akuntansi  internasional  standar  akuntansi  di Indonesia  lebih  banyak. Perbedaan  jumlah  standar akuntansi di  Amerika  yang  jauh  lebih  banyak dari Indonesia  dapat  dijelaskan  bahwa  tingkat perkembangan  ekonomi  Amerika  jauh  lebih  maju bila  dibandingkan  dengan  Indonesia  sehingga  di Amerika  telah  berkembang  berbagai  jenis instrumen  yang  dapat  dikategorikan  ke  dalam rekening  harta,  kewajiban,  maupun  ekuitas.
Sementara bila di Indonesia ada  standar akuntansi yang sudah berlaku di Amerika tetapi belum ada di Indonesia  menunjukkan  bahwa  untuk  Indonesia hal  tersebut  masih  dipandang  belum  mendesak atau penting mengingat frekuensi terjadinya masih rendah atau bahkan belum timbul sama sekali. Sementara  standar  akuntansi  internasional yang  lebih  sedikit  bila  dibandingkan  dengan Amerika bahkan Indonesia dapat dijelaskan bahwa standar akuntansi  internasional  berusaha sebanyak mungkin  dapat  mengadopsi  berbagai  keragaman standar  akuntansi  di  berbagai  negara  di  dunia. Standar  akuntansi  internasional  tersebut diharapkan banyak negara yang dapat  mengadopsi atau  menggunakan  standar  yang  ada  untuk diberlakukan  di  negara  masing-masing.  Semakin  banyaknya  negara  yang  menggunakan  standar akuntansi  internasional  berarti  telah  terjadi penyeragaman  standar  akuntansi  meskipun  belum sepenuhnya,  mengingat  seperti  di  Amerika  berarti masih  ada  standar  akuntansi  lainnya  yang  belum tercakup dalam standar akuntansi internasional.

2.6              Perkembangan  Harmonisasi Akuntansi Internasional
Usaha  untuk  mengharmonisasikan  akuntansi secara  internasional  sudah  dimulai  sejak  lama bahkan  sebelum  terbentuknya  International  Accounting  Standard  Commitee  (IASC)  didirikan pada  tahun  1973.  Pada  tahun  1959,  Jacob Krayenhof,  mitra  pendiri  sebuah  firma akuntan independen  Eropa  yang  utama  mendorong  agar usaha  pembuatan  standar  akuntansi  internasional dimulai.  Pada  tahun  1976, Organisasi  untuk Kerjasama  dan  Pembangunan  Ekonomi (Organization  for  Economic  Cooperation  and Development  -  OECD)  mengeluarkan  Deklarasi Investasi  dalam  Perusahaan  Multinasional  yang berisi  panduan  untuk  ”Pengungkapan  Informasi”.
Tahun  1978  Komisi  Masyarakat  Eropa mengeluarkan  Dekrit  Keempat  sebagai  langkah pertama menuju harmonisasi akuntansi Eropa.  Pada  tahun  1981  IASC  mendirikan  kelompok konsultatif yang terdiri dari organisasi non anggota untuk  memperluas  masukan-masukan  dalam pembuatan  standar  internasional.  Di  tahun  1984, Bursa  Efek  London menyatakan  bahwa  pihaknya berharap  agar    perusahaan-perusahaan  yang mencatatkan  sahamnya  tetapi  tidak  didirikan  di Inggris  dan  Irlandia  menyesuaikan  dengan akuntansi  internasional.  Tahun  2001  Badan Standar  Akuntansi  Internasional  (International Accounting  Standard  Board–IASB)  menggantikan IASC  dan  mengambil  alih  tanggungjawab  per tanggal  1  April  2001.  Standar  IASB  disebut Standar  Pelaporan  Keuangan  Internasional (International  Financial  Report  Standard–IFRS) dan  termasuk  di  dalamnya  IAS  yang  dikeluarkan IASC.  Di  tahun  2002  Parlemen  Eropa  menyetujui proposal  Komisi  Eropa  bahwa  secara  nyata seluruh  perusahaan  Uni  Eropa  yang  tercatat sahamnya  harus  mengikuti  standar  IASB  dimulai selambat-lambatnya  tahun  2005  dalam  laporan keuangan  konsolidasi.  Pada  tahun  yang  sama IASB  dan  FASB  menandatangani  ”  Perjanjian Norwalk ” yang berisi komitmen bersama terhadap konvergensi  standar  akuntansi  internasional  dan Amerika Serikat.
Pada  tahun  2008,  Ikatan  Akuntan  Indonesia (IAI)  pada  hari  Selasa,  23  Desember  2008  dalam rangka  Ulang  tahunnya  ke-51  mendeklarasikan rencana  Indonesia  untuk  convergence  terhadap International  Financial  Reporting  Standards (IFRS)  dalam  pengaturan  standar  akuntansi keuangan.  Pengaturan  perlakuan  akuntansi  yang konvergen  dengan  IFRS  akan  diterapkan  untuk penyusunan  laporan  keuangan  entitas  yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012. Hal  ini  diputuskan  setelah  melalui  pengkajian dan penelaahan  yang  mendalam  dengan mempertimbangkan  seluruh  risiko  dan  manfaat konvergensi  terhadap  IFRS. 
International Financial  Reporting  Standards  (IFRS)  dijadikan sebagai  referensi  utama  pengembangan  standar akuntansi  keuangan  di  Indonesia  karena  IFRS merupakan  standar  yang  sangat  kokoh. Penyusunannya  didukung  oleh  para  ahli  dan dewan  konsultatif  internasional  dari  seluruh penjuru  dunia.  Mereka  menyediakan  waktu  cukup dan   didukung  dengan  masukan  literatur  dari ratusan  orang  dari  berbagai  displin  ilmu  dan  dari berbagai  macam  jurisdiksi  di  seluruh  dunia. Dengan  telah  dideklarasikannya  program konvergensi  terhadap  IFRS  ini,  maka  pada  tahun 2012  seluruh  standar  yang  dikeluarkan  oleh Dewan  Standar  Akuntansi  Keuangan   IAI  akan mengacu kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas.
           
2.7              Kendala adopsi IFRS di Indonesia
1.      Kurang siapnya infrastruktur.
2.      Kondisi peraturan perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan IFRS.
3.      Kurang siapnya sumber daya manusia dan dunia pendidikan di Indonesia. Dilihat dari minimnya pengajaran dan pembahasan topik-topik akuntansi keuangan terkait IFRS, karena IFRS belum dijadikan mata kuliah pokok program pendidikan akuntansi di Indonesia.
4.      Proses penerjemahan IFRS menjadi PSAK. Terkadang membutuhkan waktu yang relatif lama dan terkadang juga memberikan makna yang berbeda dengan sumber aslinya.

2.8              Kesiapan Indonesia mengadopsi IFRS secara penuh
Sejak tahun 1994, Indonesia sebenarnya telah mengadopsi sebagian besar IAS. PSAK dan ISAK yang diberlakukan sejak tahun 1994 adalah saduran dari IAS dan SIC yang diterbitkan sebelum tahun 1994. DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan)  yang berada dibawah IAI telah mencanangkan adopsi penuh IAS dan IFRS yang telah rampung pada tahun 2010 dan mulai menerapkannya di tahun 2012.
Indonesia saat ini belum mewajibkan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan IFRS melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan lokal.  Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan Dewan SAK merencanakan tahun 2012 akan menerapkan standar akuntansi yang mendekati konvergensi penuh kepada IFRS. Indonesia sebenarnya masih memiliki banyak regulasi yang tidak mendukung sehingga adopsi penuh IFRS sulit dilakukan.
Berdasarkan proposal konvergensi yang telah dikeluarkan IAI, proses adopsi dibagi menjadi tiga tahap yaitu:
1.    Tahap adopsi, yaitu dengan mengadopsi seluruh IFRS terakhir kedalam PSAK pada  tahun 2008-2010.
2.    Tahap persiapan, yaitu penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk implementasi PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS pada tahun 2011.
3.    Tahap implementasi, yaitu penerapan PSAK yang sudah mengadopsi seluruh IFRS bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik pada tahun 2012.
Jadi, beralih ke IFRS bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka dilaporan keuangan, tetapi mungkin akan mengubah pola pikir dan cara semua elemen didalam perusahaan.

2.9              Faktor yang mempengaruhi praktik akuntansi di berbagai Negara
1.      Lingkungan sosial
Horrison dan McKinnon (1986) mengembangkan suatu kerangka pikir untuk menjelaskan bagaimana sistem pelaporan akuntansi berubah. Berdasarkan kerangka tersebut, perubahan pada akuntansi merupakan produk dari interaksi kejadian-kejadian dilapangan dan interaksi antara praktik akuntansi dan lingkungan sosial.

2.      Ekonomi
1)      Tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
Perubahan struktur perekonomian dari agraris ke manufaktur akan menampilkan sisi lain dari system akuntansi, antara lain dengan mulai memperhitungkan depresiasi mesin. Industri jasa juga memunculkan pertimbangan atas pencatatan aktiva tak berwujud seperti merk, goodwill, dan sumber daya manusia.

2)      Tingkat inflasi
Timbulnya hyperinflation di beberapa Negara dikawasan Amerika Selatan membuat adanya pemikiran untuk menggunakan pendekatan lain sebagai alternatif dari pendekatan hystorical cost.

3)      Sumber pendanaan
Kebutuhan akan informasi dan pertanggungjawaban kepada public lebih besar ditemui pada perusahaan-perusahaan yang mendapatkan sumber pendanaan dari pemegang saham eksternal dibandingkan dengan perusahaan dengan sumber pendanaan dari perbankan atau dari dana keluarga.

4)      Sistem perpajakan
Negara-negara seperti perancis dan Jerman menggunakan laporan keuangan perusahaan sebagai dasar penentuan utang pajak penghasilan, sedangkan negara seperti Amerika Serikat dan Inggris menggunakan laporan keuangan yang telah disesuaikan dengan aturan perpajakan sebagai dasar penentuan utang  pajak dan disampaikan terpisah dengan laporan keuangan untuk pemegang saham.

3.      Politik
Sistem politik yang dijalankan oleh suatu negara sangat berpengaruh pada system akuntansi yang dibuat untuk menggambarkan filosofi dan tujuan politik dinegara tersebut, seperti halnya pilihan atas perencanaan terpusat(Central Planning) atau swastanisasi (Private Interprises).

4.      Budaya
Violet (1983) menyatakan bahwa bahasa merupakan variabel budaya yang paling penting. Bahasa merupakan pondasi untuk mempromosikan budaya. Memandang akuntansi adalah bahasa bisnis. Dari sini dapat disimpulkan bahwa prinsip akuntansi akan bervariasi tergantung dari variasi budaya yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan.

2.10          Implikasi  Bagi  Standar  dan Praktek Akuntansi, serta Solusi terhadap Penerapan IFRS di Indonesia.
Indonesia  merupakan  bagian  yang  tidak terpisahkan  dari  bisnis  internasional  atau  global tentu  saja  juga  akan  menghadapi  permasalahan dalam  standar  maupun  praktek  akuntansinya  yang mau  tidak  mau  harus  menyesuaikan  diri  dengan perkembangan  akuntansi  yang  berlaku  secara internasional.  Beberapa  negara  maju  antara  lain Perancis  telah  memberikan  kebebasan  kepada perusahaan  untuk  menggunakan  standar  akuntansi Perancis  maupun  standar  akuntansi  internasional yaitu  Ineternational  Financial  Report  Standard yang  dikeluarkan  oleh  International  Accounting Standard  Board.  Pemberian  kebebasan  kepada perusahaan  untuk  menggunakan  IFRS  tentu  saja dapat  menjadi  kecenderungan  bagi  negara  lainnya yang  pada  akhirnya  akan  mendorong  penggunaan IFRS  secara  meluas  di  berbagai  negara  termasuk Indonesia.
Namun  demikian  merujuk  pada  faktor-faktor yang  mempengaruhi  praktek  akuntansi,  maka Indonesia  tidak  dengan  serta  merta  mengadopsi IFRS  secara  penuh  atau  mutlak  mengingat perbedaan  faktor  pendukung  sehingga  harus dilakukan  kajian  terlebih  dahulu  standar  mana yang  sudah  dapat  diadopsi  dan  diterapkan  di Indonesia  dan  standar  mana  yang  belum  dapat diadopsi  untuk  diterapkan  di  Indonesia,  dengan demikian  penerapan  IFRS  dibatasi  terlebih  dahulu hanya  pada  perusahaan-perusahaan  yang mempunyai  kemampuan  penyesuaian  tinggi terhadap  perubahan  penggunaan  standar  yang berlaku  di  Indonesia  ke  IFRS.  Perusahaan penanaman  modal  asing  (PMA)  dan  perusahaan yang  telah  go  publik  mungkin  merupakan perusahaan-perusahaan    yang  telah  siap  beralih dari  penggunaan  standar  akuntansi  Indonesia  ke dalam  standar  akuntansi  internasional  mengingat selama  ini  mereka  telah  berinteraksi  dengan investor,  kreditor  dan  badan-badan  internasional. Hal  ini  mengingat  di  Indonesia  terdapat heteroginitas  perusahaan  dari  perusahaan  skala mikro, kecil, menengah hingga yang besar.
Perbedaan  karakteristik  perusahaan  ini  tentu saja  menuntut  pemberlakukan  standar  akuntansi yang  berbeda  sehingga  masing-masing  kelompok perusahaan dapat memilih standar akuntansi sesuai dengan  karakteristik  perusahaan.  Khusus mengenai  usaha  mikro,  kecil,  dan  menengah misalnya  saat  ini  sedang  pada  tahap  penyerapan aspirasi  dari  berbagai  pihak  yang  berkepentingan guna  penerapan  standar  akuntansi  bagi  usaha mikro,  kecil  dan  menengah,  maka  pada  satu  sisi Indonesia  dapat  menerima  dan  mengadopsi standar  akuntansi  yang  berlaku  secara internasional  sehingga  akan  meningkatkan  daya banding  laporan  keuangan  perusahaan-perusahaan yang  beroperasi  di  Indonesia.  Sementara  di  sisi yang  lain  Indonesia  masih  dapat  memberikan ruang  gerak  bagi  penerapan  standar  yang  bersifat nasional  bagi  perusahaan-perusahaan  yang  secara teknis  belum  dapat  menyesuaikan  dengan  standar akuntansi yang berlaku secara internasional.  

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan secara sukarela mengadopsi standard pelaporan keuangan Internasional (IFRS). Banyak Negara yang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai dasar standard nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan investor institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya. Banyak pro dan kontra dalam penerapan standard internasional, namun seiring waktu, Standard internasional telah bergerak maju, dan menekan Negara-negara yang kontra.
Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. SAK Indonesia direncanakan akan mengadopsi penuh IFRS tahun 2012. Hal ini diharapkan akan semakin membawa perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat bersaing dengan perusahaan internasional lainnya karena dengan melakukan adopsi ini tentunya penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan juga akan semakin akuntabel dan transparan.


DAFTAR PUSTAKA

Anjasmoro, Mega. 2010. Adopsi InternasionalFinancial Report Standard. “Kebutuhan atau Paksaan?” Studi KasusPada PT. GarudaAirlines Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Purba, marsini. 2010. International Financial Reporting Standards. Yogyakarta: Graha Ilmu.

TEORI AKUNTANSI



KONSEP DASAR AKUNTANSI
          Konsep dasar akuntansi adalah suatu konsep yang berlaku secara umum tentang suatu asumsi, anggapan, pandangan maupun pendapat dalam menyajikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Seperti konsep kesatuan usaha, konsep harga perolehan, konsep kesinambungan, dan sebagainya. Baiklah, untuk lebih jelasnya mari dilanjutkan beberapa contoh konsep dasar akuntansi.
1) Konsep Kesatuan Usaha
Dalam konsep kesatuan usaha ini, perusahaan merupakan suatu kesatuan ekonomi yang terpisah dari pihak yang berkepentingan dengan sumber perusahaan. Artinya keuangan perusahaan terpisah dari pemilik, terpisah dari keuangan karyawan dan terpisah pula dari keuangan pada direksi. Sehingga perusahaan dianggap sebagai satu kesatuan usaha.
2) Konsep Harga Perolehan
Artinya konsep ini adalah setiap transaksi pembelian satu barang harus dicatat sebesar harga perolehan tersebut. Contohnya, dibeli sebuah mesin seharga Rp. 9.500.000,00 sebelum operasi masih diperlukan biaya pemasangan Rp.400.000,00 maka harga perolehan menjadi Rp. 9.900.000,00 (Rp.9.500.000,00 + Rp. 400.000,00). Sehingga nilai inilah yang dicatat dalam akuntansi. Harga perolehan adalah jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh satu unit barang atau jasa dalam pertukaran sampai barang tersebut siap dipakai.
3) Konsep Kesinambungan
Perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya, tentunya berupaya untuk melaksanakan kegiatan perusahaan secara berkesinambungan atau terus menerus. Dalam proses usaha itu, senantiasa dibuat laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang disusun secara berkala dapat dibandingkan sehingga diperoleh informasi tentang kemajuan atau kemunduran usaha. Dengan membandingkan laporan keuangan dari satu periode dengan periode lainnya dapat diperoleh suatu data yang pasti tentang naik turunnya pendapatan dan beban, sebagai dasar dalam membuat suatu kebijaksanaan untuk kemajuan perusahaan.
4) Konsep Pengukuran dengan Uang
Pengukuran dengan nilai uang artinya seluruh informasi utama dalam laporan keuangan itu diukur dengan satuan ukur uang, karena uang sudah umum digunakan untuk mengukur aktiva, kewajiban perusahaan serta perubahannya.
5) Periode Akuntansi
Kegiatan perusahaan dipisahkan dalam periode-periode. Penyajian informasi berupa laporan keuangan dibuat secara berkala akan membantu pihak yang berkepentingan dalam mengambil suatu keputusan. Misalnya per tahun, triwulan atau semesteran.
6) Penetapan Beban dan Pendapatan
Penetapan beban dan pendapatan perusahaan diakui dalam periode yang bersangkutan, sehingga beban dan pendapatan yang terjadi benar-benar sudah direalisasi. Perhitungan laba/rugi yang dilaporkan menggambarkan keadaan yang sebenarnya dalam suatu periode tertentu.
 
Tipe Dari Konsep Dasar Akuntansi yaitu:
Going concern ( Kesinambungan)
merupakan salah satu konsep penting akuntansi konvensional. Inti going concern terdapat pada Balance Sheet perusahaan yang harus merefleksikan nilai perusahaan untuk menentukan eksistensi dan masa depannya. Lebih detil lagi, going concern adalah suatu keadaan di mana perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke depan, dimana hal ini dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial. Kegagalan mempertahankan going concern dapat mengancam setiap perusahaan, terutama diakibatkan oleh manajemen yang buruk, kecurangan ekonomis dan perubahan kondisi ekonomi makro seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi secara tajam akibat tingginya tingkat suku bunga.
Business Entity
Konsep ini menganggap bahwa Perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah dari pemiliknya atau dengan kata lain dianggap sebagai “unit akuntansi” yang terpisah dari pemiliknya atau dari kesatuan usaha yang lain. Untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemegang saham atau pemilik. Maka transaksi-transaksi perusahaan dipisahkan dari transaksi-transaksi pemilik dan oleh karenanya maka semua pencataan dan laporan dibuat untuk perusahaan tadi.
Periode Akuntansi
Kegiatan perusahaan berjalan terus dari periode yang satu ke periode yang lain dengan volume dan laba yang berbeda. Masalah yang timbul adalah pengakuan dan pengalokasian ke dalam periode-periode tertentu di mana dibuat laporan-laporan keuangan. Laporan-laporan keuangan ini harus dibuat tepat pada waktunya agar berguna bagi manajemen dan kreditur. Oleh karena itu periode dilakukan alokasi periode-periode untuk transaksi-transaksi yang memengaruhi beberapa periode.
Pada umumnya suatu periode akuntansi terdiri dari 12 bulan atau satu tahun.
Unit Moneter ( Pengukuran dalam Satuan Uang)
 satuan hitung dalam suatu sistem moneter untuk menyatakan nilai uang, seperti rupiah di Indonesia, dolar di Amerika Serikat, dan yen di Jepang (unit of value; monetary unit)
Historical Cost (Histori Biaya)
 Prinsip ini menghedaki digunakannya harga perolehan dalka mencatat aktiva, utang, modal dan biaya. Yang dimaksud dengan harga perolehan adalah harga pertukaran yang disetujui oleh kedua belah pihak yang tersangkut dalam transaksi. Wlaupun tedapat kesulitan sampai saat ini prinsip biaya historis masih tetap berlaku karena data biaya historis ini dianggap paling objektif.
Matching (Prinsip Mempertemukan)
 Yang dimaksud dengan prinip mempertemikan adalah mempertemukan biaya dengan pendapatan yang timbul karena  biaya tersebut. Ini berguan untuk menentukan besar penghasilan bersih setia periode. Kesulitan prinsip ini, contoh : biaya administrasi dan umum tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan perusahaan. Salah satu akibat dari prinsip ini adalah digunakannya dasar waktu dalam pembebanan biaya
Konsistensi
 Agar laporan keuangan dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka metode dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan secara konsisten dari tahun ke tahun, sehingga bila terdapat peebedaan antara sutau pos dalam dua periode, dapat segera diketahui bahwa perbedaan itu bukan selisih akibat penggunaan metode yang berbeda.
 Objektivitas
Bahwa pencatatan transaksi-transaksi harus didasarkan pada dokumen asli.
Materialitas
Bahwa akuntansi hanya melaporkan atau berkepentingan dengan informasi keuangan yang dianggap material (penting) dalam hubungannya dengan pengambilan keputusan.
Konservatisme
Bahwa dalam keadaan ketidak pastian , akuntasi akan menentukan pilihan perlakuan atau tindakan akuntasi yang didasarkan pada keadaan, harapan kejadian, atau hasil yang dianggap kurang menguntungkan.
Transparansi
yaitu adanya kejelasan tugas dan kewenangan, dan ketersediaan informasi dalam melaporkan suatu laporan keuangan
Realisasi
Laporan yang menyajikan realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/deficit \, pembiayaan, dan sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
 
 
 
Elemen – Elemen Laporan Keuangan.
Elemen – elemen laporan keuangan ( Basic Elemen ), berhubungan dengan perumusan arti atau makna dari item – item neraca dan laba rugi, Yaitu :
 
Elemen – Elemen Neraca :
  1. Aktiva
            Sumber – sumber ekonomi perusahaan, termasuk biaya – biaya yang telah terjadi yang dikui dan diukur berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Biaya – biaya yang telah dikeluarkan atau yang telah terjadi, dimasukan pada beban yang ditangguhkan ( deffered charges ), yang diakui sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Namun, biaya tersebut tidk termasuk kategori sumber – sumber ekonomi perusahaan dalam artifisial.
 
  1. Kewajiban
            Pengorbanan – pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan oleh perusahaan pada masa yang akan datang dalam bentuk penyerahan aktiva atau pemberian jasa yang disebabkan oleh tindakan atau transaksi pada waktu lampau, yang diakui dan diukur berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewajiban tersebut, termasuk kewajiban yang ditangguhkan pembayarannya ( deffered liability ) namun kewajiban yang dimaksudkan bukan merupakan kewajiban dalam artifisial.
 
  1. Ekuitas Pemilik
            Selisih antara sumber – sumber ekonomi dengan pengorbanan – pengorbanan ekonomis perusahaan ekonomis perusahaan, atau selisih antara jumlah aktiva dan kewajiban perusahaan yang merupakan bagian dari hak pemilik. Namun hal xtersebut bukan suatu ukuran nilai perusahaan.
                        Aktiva – Kewajiban = Ekuitas Pemilik
 
 
            Dalam hubungan itu, posisi keuangan perusahaan ( neraca ), yang meliputi ketiga elemen :
  1. Aktiva
  1. Kewajiban
  1. Ekuitas Pemilik
 
 
Dan juga ada unsur – unsur yang interen, yaitu : ketidakpastian, komitmen, dan hal – hal lainnya yang melekat pada perusahaan tertentu, dimana semua itu diperlukan pengungkapan yang cukup memadai sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
 
Elemen – Elemen Laporan Laba Rugi
 
  1. Pendapatan
            Peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah kewajiban perusahaan, yang timbul dari transaksi penyerahan barang atau jasa, atau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode, yang diakui dan diukur berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
  1. Beban
            Penurunan jumlah aktiva atau kenaikan jumlah kewajiban perusahaan yang timbul dari konsekuensi transaksi pembelian barang atau jasa atau aktivitas usaha lainnya dalam suatu periode, yang diakui dan diukur berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
  1. Laba Rugi
            Selisih lebih atau defisit antara jumlah pendapatan dengan beban dalam suatu periode akuntansi. Kenaikan atau penurunan tersebut, menambah atau mengurangi jumlah ekuitas pemilik perusahaan dalam satu periode akuntansi yang belaku umum.
 
                                    Pendapatan – beban = Laba ( Rugi ) Bersih
 
 
 
 
Karakteristik dan keterbatasan Akuntansi dan Laporan Keuangan
Konsep dasar merupakan konsep yang dianut dan dijadikan dasar dalam penelaran dan perekayasaan. Disebut konsep dasar karena kalau konsep tersebut dianut akan mempunyai implikasi akuntansi tertentu. Konsep dasar dapat disebut dengan berbagai nama yaitu:
  1. postulat
  1. asumsi dasar
  1. prinsip mendasar / umum
  1. aksioma
  1. doktrin
  1. konvensi
  1. fundamental
  1. premis dasar
  1. kendala
 
SUMBER KONSEP DASAR
IAI/IASC
Ada dua konsep dasar (asumsi pelandas) yang disebut secara spesifik dalam rerangka konseptual IASC : basis akrual dan usaha berlanjut.
 
Paul Grady
Grady (1965) melakukan studi untuk menginventarisasi praktik akuntansi di Amerika untuk mengidentifikasi berbagai faktor lingkungan, kebiasaan, konsep, prinsip, praktek, metode, dan teknik yang membentuk teknik akuntansi berterima umum Amerika. Grady mengidentifikasi sepuluh konsep dasar yang dianggap melandasi praktek bisnis dan akuntansi di Amerika. Grady mendeskripsikan konsep dasar sebagai konsep yang mendasari kualitas kebermanfaatan dan keterandalan informasi akuntansi atau sebagai keterbatasan yang melekat pada statemen keuangan.
Konsep dasar merupakan konsep yang mendasari kualitas kebermanfaatan dan keterandalan informasi akuntansi atau sebagai keterbatasan yang melekat pada statement keuangan.10 konsep dasar menurut Paul Grady adalah:
 
  1. Struktur masyarakat dan pemerintah yang mengakui hak milik pribadi
  1. Entitas bisnis spesifik
  1. Usaha berlanjut
  1. Penyimbolan secara moneter dalam seperangkat akuntansi
  1. Konsistensi antara periode untuk entitas yang sama
  1. Keanekaragaman perlakuan akuntansi diantara entitas independen
  1. Konservatisma
  1. Keterandalan data melalui pengendalian internal
  1. Matearilitas
  1. Ketepatwaktuan dalam pelaporan keuangan memerlukan taksiran
 
Wolk, Tearney, dan Dodd
Mendaftar empat (4) konsep yang dianggap sebagai postulat dan beberapa konsep lain sebagai prinsip berorientasi masukkan yaitu recognition, matching, conservatis, disclosure,materialty dan objectivity dan prinsip berorientasi keluaran yaitu comparability, materialty, dan uniformity. Keempat konsep yang dikategorikan sebagai postulat adalah :
  1. Usaha berlanjut
  1. Periode waktu
  1. Entitas akuntansi
  1. Unit Moneter
 
Antony, Hawkins dan Merchant
Mendaftar sebelas (11) konsep yang dijadikan sebagai basis dalam membahas statemen keuangan yaitu:
 
  1. pengukuran dengan unit uang
  1. entitas
  1. usaha berlanjut
  1. kos
  1. aspek ganda
  1. periode akuntansi
  1. konservatisma
  1. realisasi
  1. penandingan
  1. konsistensi
  1. materialitas
 
Konsep dasar 1 sampai 5 dikategorikan sebagai pelandasan statemen posisi keungan, sedangkan konsep dasar 6 sampai 11 dikategorikan sebagai pelandasan statemen laba – rugi.
 
Paton dan Littleton
Seperangkat konsep dasar yang dikemukakan Paton dan Littleton (1970) merupakan konsep-konsep dasar yang dikenalkan sebelum sumber-sumber yang disebut sebelumnya. Buku Paton dan Littleton (P&L) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1940 merupakan salah satu karya klasik yang mempengaruhi pemikiran akuntansi sesudah itu.
Konsep – konsep dasar yang dikemukakan P&L :
  1. entitas bisnis atau kesatuan usaha
  1. kontinuitas kegiatan atau usaha
  1. penghargaan sepakatan
  1. kos melekat
  1. upaya dan capaian atau hasil
  1. bukti terverifikasi dan objektif
  1. asumsi
 
Beberapa daftar diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tentang apa yang dimasukkan sebagai konsep dasar oleh berbagai sumber diatas. Perbedaan dapat terjadi karena perbedaan persepsi berbagai sumber tentang faktor
lingkungan atau karena perbedaan pendefinisian makna atau status suatu konsep sebagai konsep dasar. Sebagai contoh, Grady menganggap bahawa hak milik pribadi merupakan suatu konsep dasar sedangkan penulis yang lain menganggap hak milik pribadi adalah suatu faktor lingkungan. P&L tidak memasukkan materialitas sebagai konsep dasar mungkin karena mereka mengaggaap bahwa materialitas lebih merupakan kriteria pemilihan informasi dan karenanya kurang validitas sebagai konsep dasar. Demikian juga konsep taksiran tidak dimasukkan dalam konsep dasar karena konsep taksiran lebih merupakan keterbatasan informasi keuangan daripada konsep itu sendirinya adalah konsekuensi atau turunan dari konsep entitas bisnis demikian juga konsep periode waktu dan konsep akrual, keduanya sebenarnya adalah turunan konsep dasar penandingan upaya dan hasil. Untuk menunjukkan konsep yang maknanya sama sering kali juga digunakan beberapa istilah ynag berbeda misalnya : kesatuan akuntansi, kesatuan usaha, kesatuan, entitas, kesinambungan, berlangsung terus dan kontinuitas usaha.
Suatu konsep dasar merupakan turunan atau konsekuensi logis dari konsep dasar yang lain sehingga terjadi perbedaan tentang banyaknya konsep-konsep yang masuk dalam seperangkat konsep dasar. Konsep sistem berapasangan misalnya, sebenar
      Konsep – konsep yang diuraikan oleh P&L cukup lengkap karena dapat menjelaskan tentang faktor lingkungan dan praktik akuntansi yang berjalan pada jamannya. P&L juga menunjukkan kaitan antara konsep dasar yang satu dengan yang lain secara koheren, oleh karen itu, konsep dasar P&L dijadikan bahan bahasan utama karena menjelaskan konsep dasar lain yang merupakan turunannya dengan menunjukkan hubungan dengan konsep dasar P&L. Pembahasan konsep dasar terhadap standar atau praktik akuntansi, dan hal – hal penting yang berkaitan dengan konseep dasar bersangkutan.
 
Konsep dasar Paton dan Littleton
 
1.      Kesatuan Usaha
 
Konsep ini menyatakan bahwa perusahaan dianggap sebagai suatu kesatuan atau badan usaha ekonomik yang berdiri sendiri, bertindak atas namanya sendiri, dan kedudukannya terpisah dari pemilik atau pihak lain yang menanamkan dana dalam perusahaan dan kesatuan ekonomik tersebut menjadi pusat perhatian atau sudut pandang akuntansi.
Berdiri sendiri dan bertindak atas namanya sendiri berarti bahwa suatu kesatuan atau badan usaha diperlakukan sebagai orang. Dengan demikian, konsep ini mempersonifikasikan badan usaha sehingga usaha dapat melakukan perbuatan hukum dan ekonomik atas nama badan tersebut dan bukan atas nama pemilik. Hubungan antara kesatuan usaha dan pemilik dipandang sebagai hubungan bisnis. Pemisahan kedudukan kesatuan usaha dan pemilik berarti bahwa fungsi manajemen terpisah dengan fungsi investasi. Kesatuan usaha menjadi sudut pandang akuntansi berarti bahwa akuntansi berkepentingan dengan pelaporan keuangan kesatuan usaha bukan pemilik. Dengan kata lain, kesatuan usaha menjadi kesatuan pelapor yang bertanggung jelas kepada pemilik. Statemen keuangan merupakan medium pertanggung jelasan.
Batas kesatuan usaha dari segi akuntansi bukanlah kesatuan yuridis atau melainkan kesatuan ekonomik artinya akuntansi memperlakukan badan usaha sebagai suatu kesatuan ekonomik daripada kesatuan yuridis. Batas kesatuan ekonomik adalah kendali oleh satu manajemen. Oleh karena itu untuk menentukan kesatuan usaha sebagai pusat pertanggungjelasan keuangan, pertimbangan akuntansi adalah apakah secara ekonomik satu kegiatan usaha atau lebih dapat dianggap berdiri sendiri sebagai satu kesatuan.
 
 
Dengan pengertian diatas, bila konsep usaha dianut, konsep ini mempunyai beberapa implikasi di bawah ini. Kesatuan usaha hanya merupakan salah satu kesatuan.
 
Batas kesatuan
 
            Walaupun secara yuridis kesatuan usaha didukung keberadaannya, batas kesatuan usaha dari segi akuntansi bukanlah kesatuan yuridis atau hukum melainkan kesatuan ekonomik.artinya akuntansi memperlakukan badan usaha sebagai kesatuan ekonomik dari pada kesatuan yuridis. Batas kesatuan ekonomik  adalah kendali oleh satu manajemen. Oleh karena itu, untuk menentukan kesatuan usaha sebagai pusat pertanggung jelasan keuangan, pertimbangan akuntansi adalah apakah secara ekonomik satu kegiatan usaha atau lebih dapat dianggap berdiri sendiri sebagai satu kesatuan.
Implikasi konsep kesatuan usaha
 
1.1  Pengertian Ekuitas
 
Hubungan antara kesatuan usaha terpisah dengan pemilik dan hubungan tersebut dipandang sebagai hubungan bisnis, konsep kesatuan usaha mempunyai implikasi terhadap pendefinisian ekuitas. Dari sudut pandang kesatuan usaha, ekuitas / modal merupakan utang /kewajiban perusahaan kepada pemilik. Hal ini berlawanan dengan pendefinisian secara struktursal bahwa ekuitas adalah hak residual pemilik terhadap aset bersih sebagaimana didefinisi dalam rerangka konseptual FASB.
 
1.2  pengertian pendapatan
 
konsep kesatuan usaha dapat menjelaskan mengapa pendapatan dan untung didefinisikan sebagai kenaikan aset. Kalau ada aliran aset masuk yang terjadi karena perusahaan menjual barang atau menyerahkan jasa maka aset perusahaan akan bertambah. Kas masuk itulah yang disebut pendapatan. Pada saat terjadi pendapatan, pada saat yang sama utang unit usaha kepada pemilik bertambah yang berarti ekuitas bertambah, jadi pendapatan menambah ekuitas karena dengan konsep kesatuan usaha pendapatan sebagai kenaikan kas menimbulkan kenaikan utang kesatuan usaha kepada pemilik.
 
1.3  Pengertian biaya
 
Definisi biaya sebagai penurunan aset atau timbulnya kewajiban dapat dijelaskan dengan konsep kesatuan usaha. Penyerahan produk dalam rangka menciptakan pendapatan yang dapat menyebabkan aset persediaan barang semakin berkurang.
Berkurangnya aset inilah yang disebut biaya. Pada saat terjadinya biaya,utang kepada pemilik berkurang dan pemilik harus bersedia menanggung biaya tersebut karena kesatuan usaha dapat dikatakan bertindak untuk kepentingan pemilik.
Sesuai dengan gagasan P&L diatas, pendapatan dan biaya merupakan pendapatan dan biaya kesatuan usaha bukan pemilik. Oleh karena itu, pendapatan dan biaya tidak didefinisikan atas dasar perubahan ekuitas tetapi atas dasar perubahan aset. Bahwa pendapatan dan biaya mempengaruhi ekuitas merupakan akibat dianutkan konsep kesatuan usaha. Dengan kata lain pendapatan, biaya untung, dan rugi merupakan penyebab perubahan ekuitas.
 
1.4  Sistem berpasangan
 
Sistem berpasangan atau aspek ganda dalam pencatatan dan pelaporan merupakan konsekuensi logis / turunan dari konsep kesatuan usaha. Hubungan bisnis antara manajemen.
 
 
 
1.5  Persamaan Akuntansi
 
Dengan konsep kesatuan usaha, eleman pendapatan (serta untung) dan biaya (serta rugi) merupakan penyebab perubahan ekuitas. Hubungan fungsional antar buku besar ini dapat dinyatakan dengan persamaan akuntansi yang spesifik dan bukan persamaan aljabar.
Persamaan tersebut dirumuskan sebagai berikut:
 
 
A = K + E + P – B + I – D
 
 
 
1.6  Statemen Keuangan berartikulasi
 
Artikulasi merupakan turunan atau konsekuansi dari konsep kesatuan usaha. Dengan artikulasi, akan selalu dapat ditunjukkan bahwa laba dalam statemen laba-rugi akan sama dengan laba dalam statemen berubahan ekuitas dan jumlah rupiah ekuitas akhir dalam statemen perubahan ekuitas akan sama dengan jumlah rupiah ekuitas dalam neraca. Dengan konsep kesatuan usaha. Pendapatan(P). Biaya(B). Laba(P-B) didefinisi sebagai perubahan aset yang akhirnya mempengaruhi ekuitas. Posisi keuangan awal digabung dengan perubahan akan menghasilkan posisi keuangan akhir. Hubungan ini dapat dilukiskan sbb:
 
                  Posisi akhir :   A*       =            K*       +          E*
                  Posisi awal :      A         =          K         +          E
                  Perubahan  :     ∆A       =          ∆K       +          ∆E
 
Akibat artikulasi, laporan laba-rugi merupakan sarana untuk melaporkan perubahan bersih aset dan kewajiban (aset bersih). Dengan demikian, laba merupakan konsekuensi pengukuran aset dan kewajiban sebagai fokus. Sementara itu, ekuitas merupakan akibat pengukuran perubahan aset bersih, sehingga tidak didefinisi secara semantic seperti aset dan kewajiban.
 
  1. Kontinuitas Usaha
 
                  Konsep kontinuitas usaha menyatakan bahwa tidak ada tanda-tanda atau gejala-gejala maupun rencana pasti di masa datang bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi. Sehingga akuntansi menganggap kesatuan usaha tersebut akan berlangsung sampai waktu yang tak terbatas.
 
 
                  Konsep ini dipertimbangkan pada saat penyusunan statemen keuangan atau pada saat akuntansi menghadapi pilihan dalam proses perekayasaan atau penyusunan standar.
                  Yang menjadi dasar validitas konsep ini adalah kenyataan bahwa kelangsungan hidup perusahaan di masa datang tidak pasti. Selain itu, konsep ini dianut akuntansi atas dasar penalaran bahwa kelangsungan hidup/kontinuitas perusahaan merupakan harapan normal/umum/logis, bukan untuk mati atau dilikuidasi. Perusahaan tidak didirikan untuk usaha yang berjangka pendek sehingga likuidasi bukan merupakan harapan yang umum dan masuk akal dalam pendirian perusahaan.
 
 
2.1 Arti Penting Laporan Periodik
 
Dengan konsep kontinuitas usaha, perusahaan berusaha untuk maju dan berkembang dengan jalan menciptakan laba terus menerus dalam jangka panjang. Laba diperoleh melalui kegiatan menyerahkan barang/jasa yang menimbulkan aliran biaya sebagai aliran keluar aset (sumber ekonomik). Laba periodik dalam pelaporan keuangan menjadi informasi penting dalam menilai daya melaba (earning power) perusahaan.
Daya melaba adalah rata-rata dalam jangka panjang tingkat imbalan periodic tertentu. Tingkat imbalan investasi periodic merupakan tingkat mendapatkan laba dengan tingkat sumber ekonomik tertentu yang diukur secara periodic. Daya melaba dipadang sebagai kecenderungan laba atau rata-rata tingkat imbalan investasi dalam jangka panjang
 
2.2 Kedudukan Statemen Laba-Rugi
 
Statemen laba-rugi periodik merupakan penggalan pendapatan dan biaya dalam mengukur daya melaba jangka panjang, sehingga statemen laba-rugi dipandang sebagai statemen keuangan periodic bersifat tidak final.
Implikasi konsep ini terhadap standar adalah adanya ketentuan penyajian statemen laba-rugi periodic secara komparatif/serial, paling tidak untuk 2 periode berturut-turut. Fluktuasi laba tahunan adalah hal wajar sehingga untung/rugi luar biasa harus masuk dalam statemen laba-rugi all-inclusive.
 
2.3    Fungsi Neraca dan Penilain Elemennya
 
Dengan konsep kontinutas usaha tujuan pelaporan pos neraca adalah untuk menunjukkan sisa potensi – potensi jasa yang masih dimiliki kesatuan usaha untuk menghasilkan pendapatan dalam periode periode berikutnya. Proses penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada tiap pos neraca merupakan pengukuran sisa potensi jasa, sehingga akuntansi menilai  pos – pos neraca berdasarkan kos historis (historical cost principle concept ).
 
 
  1. Penghargaan sepakatan
 
Konsep ini menyatakan bahwa jumlah rupiah / agregat harga / penghargaan sepakatan yang terlibat dalam tiap transaksi merupakan pengukuran / bahan olah dasar akuntansi yang paling objectif terutama dalam mengukur sumber ekomonik yang masuk dan sumber ekonomik yang keluar. Sebagai konsekuensi, elemen – elemen atau pos – pos pelaporan keuangan diukur atas dasar penghargaan sepakatan tersebut.
 
Konsep ini dilandasi pemikiran bahwa fungsi akuntansi adalah meneydiakan informasi yang berpaut dengan kegiatan perusahaan yang sebagian besar terdiri atas transaksi pertukaran dengan perusahaan lain. Penghargaan sepakatan merupakan dasar kuantifikasi berbagai jenis objek menjadi objek – objek homogenus yang paling objektif untuk menyajikan hubungan antar objek yang bermakna. Penghargaan sepakatan tersebut akan dicatat dan diolah lebih lanjut dalam sisem akuntansi perusahaan untuk berbagai laporan manajerial dan statemen keuangan.
Dengan pemahaman seperti digambarkan diatas, tujuan akuntansiuntuk menyediakan jasa berupa data kuantitatif dasar (basic quantitative data) akanmencapai tingkat manfaat yang tinggi karena adanya kesatuan pengertian tentang bahan olah dasarnya.
 
Jasa di Balik Kos
 
Akuntansi menggunakan satuan mata uang karena satuan tersebut paling mudah untuk mengkuantifikasi objek atau jasa ke dalam satuan yang homogenus dan juga karena harga dalam satuan uang adalah cara yang sudah umum untuk menyatakan kesepakatan dalam pertukaran. Dari segi akuntansi, sebenarnya bukan uang atau harga itu sendiri yang mempunyai arti penting melainkan justru potensi jasa yang ada di balik angka koslah yang mempunyai arti penting. 
Potensi jasa tersebut adalah daya, kemampuan, atau Dari segi akuntansi, sebenarnya bukan uang atau harga itu sendiri yang mempunyai arti penting melainkan justru potensi jasa yang ada di balik angka koslah yang mempunyai arti penting.  kapasitas yang kalau ditukarkan dapat menimbulkan daya, kemampuan, atau kapasitas lain yang kekuatannya (besarnya) paling tidak sama dengan yang sebelumnya dimiliki perusahaan yang direpresentasi dalam bentuk kos. Misalnya , kas Rp5.000.000 ditukarkan dengan mesin, ini berarti bahwa daya beli (kos Rp 5.000.000) ditukarkan dengan daya produksi (kos Rp 5.000.000).
 
Keterbatasan Informasi Akuntansi
 
Arti penting kos sebagai bahan olah akuntansi sebenarnya dapat dikenali keterbatasan akuntansi dalam memberikan informasi untuk kepentingan pengambilan keputusan. Informasi akuntansi merupakan sebagaian  dari informasi yang mungkin dibutuhkan untuk pengembalian keputusan oleh pihak eksternal dan manajemen. Lebih dar itu, pertimbangan dan kebijakan didasarkan pada data akuntansi secara cukup mendalam, akhirnya keputusan yang dihasilkan akan mencerminkan juga pengaruh data nonakuntansi dan akan diwarnai dengan hal-hal yang sangat kualitatif dan subjektif seperti ; tujuan secara keseluruhan, sasaran jangka pendek, peraturan pemerintah alasan politik, dan sebagainya.